Popular Posts

Monday, 16 June 2014

Warkah seekor camar buat sang ombak

Kisah Camar dan Ombak Laut

Burung camar hinggap di jejari
Seorang nelayan sedang bermimpi
Mimpi tentang duyung...Mimpi tentang untung
Bibit hanyut dibawa ombak Laut China Selatan

Dalam mimpi berkata sang duyung
Wahai nelayan kau anak laut
Di sini tempatmu di sini rezekimu
Pengorbanan yang kau lakukan...Ada balasannya

Mega mendung...Laut pun bergoncang
Nelayan tersentak hidup sesat haluan
Sang mentari terlindung...Pantai tak kelihatan
Tawar kau jalan akhirnya...

Dalam pondok kecil beratap rumbia
Seorang ibu memandang hari muka
Sambil ia menyusukan bayi yang kehausan
Ufuk timur hilang dari pandangan

Wahai anak yang sedang menangis
Mungkin kini engkau tak mengerti
Bila kau dewasa dan pandai nanti
Pengorbanan ayahmu sayang jangan kau lupakan

Sumber : http://www.liriklagumuzika.com/2011/08/lirik-lagu-impian-seorang-nelayan.html#ixzz34otHU0Hj



Lirik di atas adalah sebuah lagu yang selalu bermain di mindaku dan sentiasa lekat di kotak ingatan sejak zaman remajaku lagi ... hinggakan suatu masa , ketika aku mengambil kursus 'Lukisan dan Puisi'' sebagai pelengkap diploma pendidikanku dulu , aku telah turut menulis sebuah puisi tentang nelayan.

Sayangnya puisiku itu telah ku hantar kepada pensyarahku , AGI (Abdul Ghafar Ibrahim) sebagai kerja tugasan dan masa itu aku tidaklah begitu serius dan menghargai setiap hasilkerjaku maka ianya tidakku simpan dengan baik atau mungkin tidakku ingat lagi sama ada telah dipulangkan kembali atau belum oleh pensyarahku itu ... teruknya aku kerana tidak menghargai hasilkerja sendiri!

Cumanya semasa aku menuliskan puisi itu di ruang mindaku terbayang seorang wanita berdiri di tepi pantai sambil matanya memandang laut luas dengan wajah yang penuh kecewa. Tika itu selendang dan pakaiannya melayang-layang ditiub bayu laut. Puisiku itu mengesahkan tentang penantian seorang isteri yang sabar dan terus menanti kepulangan suaminya dari laut ... tiada khabar berita dan hilang begitu saja.

Hmm ... apa kaitannya tentang lirik di atas atau kisah puisi nelayan yang kutulis dulu dengan bicaraku tika ini?

Entah ye ...
camar ... laut ... bagaikan berkait.
Secara faktanya camar adalah jenis burung yang mencari makan ikan-ikan kecil  ,  sering berpindah dan terbang jauh merentasi  lautan. Wah! Hebat burung kecil ini ... kalaulah aku punya kuasa seperti 'Ben Ten'-pasti adakalanya akanku tukar diriku menjadi camar yang bebas terbang ... melihat keindahan alam dan menikmati pemandangan ombak memukul pepantai dengan lembut dan mesra namun ada tikanya kasar tanpa belas tatkala ombak mulai mengganas.
Tapi mustahilkan kerana 'Ben Ten' itu hanya benar di alam fantasi kanak-kanak ... maka yang mampuku lakukan hanyalah menghadirkan minda dan mata hatiku dalam jiwa seekor camar yang telahku insankan!
Lalu kutuliskan senaskah warkah ...


Warkah seekor camar buat sang ombak ...

Assalamualaikum ombak ... 
aku harap kau sihat-sihat saja menjalani kehidupan seharianmu di bawah lindungan dan perhatian Tuhan yang Maha Esa. Ombak , mungkin kau tertanya-tanya , sudah mabukkah aku mengirim warkah buatmu?. Atau kau terasa lucu kerana camar ini sudah pandai mengirim warkah , menulis baris-baris ayat walau tak seindah mana.

Ombak ,
Tujuanku hanya satu , aku ingin berpesan serba sedikit kepadamu ... tentang apa ya?. Tentang apa saja yang terlintas dibenakku ... dengarkan ya , ombak ...
jalankanlah tugasmu dengan penuh dedikasi dan rasa tanggung-jawab . 
Tugas?. 
Ya , tugasmu ... Janganlah kau datangi pantaimu tatkala anginmu mengganas dengan amplitude tenaga bagai tsunami , sebaliknya belailah pantaimu yang sentiasa setia menanti itu dengan lembut mesra dan penuh kasih sayang.

Ombak ,
Aku melihat dari kejauhan ini , pantaimu kan merintih sedih tiap kali kau mengabaikannya ... pantai bersih itu akan kering tanpa kehadiranmu. Maka pada ketika itu keketam akan bebas berlari melubanginya , umang-umang akan sibuk bertukar cengkerang meninggalkan jejak-jejak kasar pada permukaan pantaimu yang halus. Pada ketika itu juga kanak-kanak bebas berlari  menginjakkan kaki mereka yang comel bersama tawa riang maka berbekaslah pantaimu dengan tapak-tapak kaki mereka yang bersepah. Semuanya gembira ... semuanya tetawa ... tapi pantaimu?
Pantaimu sepi , sedih  merindui hadirmu.

Ombak , 
Orang tua-tua suka bermadah ... 
'Sekali ombak menghempas , sekali pantai berubah'. 
Mungkin mereka menyamakan hadirmu bagai dugaan dan ujian buat sang pantai. Maka hadirmu itu akan akhirnya mengubah pantai dari sifat asalnya yang setia menanti menjadi jemu. Jangan sampai itu terjadi ombak.
Dengarlah nasihat ini , jangan sampai sesal bertapa dibenakmu di kemudian hari. 
Tatkala itu mungkin pantaimu sudah berubah arah. Pantaimu itu sudah tidak lagi setia menanti hadirmu.

Wahai Sang Ombak ,
'Jika takut dipukul gelombang , jangan berumah di tepi pantai' .
Penuh maknakan peribahasa ini ... peribahasa ini adalah aku , si burung camar , teman setiamu yang sering terbang dan bermain-main di gigi airmu. Camar ini sering mengejar kamu sang ombak yang selalu saja ingin segera pulang ke pantai. Hingga adakalanya kau tewas dan terleka lalu terbiarlah pantaimu menanti dalam keresahan yang panjang. Maka maafkanlah aku ombak kerana sering saja menghalangi jalan pulangmu.

Ombak,
Sedarkah kau , bahawa 'ombak dan pantai takkan boleh dipisahkan' kerna memang itulah fitrah alam yang telah ditulis Tuhan. 
Maka akurlah ombak pada fitrahmu ... sejauh manapun kau merantau , pastinya tika tenagamu telah lesu kaukan kembali pada pantaimu yang sedia mendepang tangan mendakapmu , menanti kepulanganmu penuh rela. 
Lalu apa yang akan berlaku padaku tika itu?. Usah kau gusar ... tika senja menyinsing , aku pasti akan pulang ke sarangku nun jauh di pepohonan. 
Akan ku tinggalkan kau bersama pantaimu. 
Maka beradulah kau sang ombak dengan tenang di pantaimu yang bersih ...

Ombak,
Dari sarangku di pepohonan ini aku masih boleh melihatmu dan mendengar khabarmu ...
Ingin sekali aku melihat , pantaimu itu tersenyum girang menyambut kepulanganmu. Tika itu aku sudah tidak lagi ingin  bermain-main di gigi airmu atau mengejar dan menghalangi jalan pulangmu. Aku ingin terus kekal di pepohonan ini ... rendang dan menjadi tempat pautanku kini. Sesekali bayu laut akan membuai pepohonanku membawa khabar gembira tentang kau sang ombak yang sedang tertawa ria bersama pantaimu yang sememangnya putih bersih sejak dulu ...

Ombak, 
Terlalu panjang warkahku ini , takut  nanti kan mengundang jemu. Maka izinkan aku permisi ...
Akhirkata , jika nanti kau merasa aku  melupaimu , mengabaikanmu ... itu hakmu. Sememangnya fitrahku seekor camar , terbang jauh itu fitrahku yang tidak mampu ku tepis. Pastinya terbangku itu membawa seribu cerita tentangmu ... yang tak mungkin kulupa kerna kau adalah tempat jatuhku tika sayapku mula-mula ku depang.

Salam hormat ,


Camar. 
               

1 comment:

  1. Ku tetap menyimpul hangat rindu mu
    di antara tari kepak camar yang gah
    dan buih-buih ombak yang mengapung harapan
    dari kolah hati yang tak pernah kering
    dan doa terus meladaki jiwa sendiri
    di antara tulus doa

    http://waritaku.blogspot.com

    ReplyDelete