Ada anak-anak keli menjenguk melayang pandang
Barangkali terpesona dengan indahnya alam daratan
yang tidak pernah dijejak ...
Sedang tebing semakin haus
Terhakis dek kuatnya gelora nan melanda
Menggila dalam diam ... dalam damainya kali
mengikis tanah lembut ... sedikit demi sedikit
menghanyut jauh batu-batu kecil di bawa arus
maka berceracaklah akar-akar lintang
yang selamanya setia menggenggam
kini sudah hilang fungsi
Tiada lagi aur dan tebing ... punah ... ranap
Sedang mata tetap merenung ... tenangnya air di kali
Gelora ... damai
Tawa dan tangis
Benarkah begitu berbeda?
Menjarak langsung tiada bersua?
Menjarak langsung tiada bersua?
Insan tertawa menerima khabar gembira
Namun tawa juga bisa meledak kala kecewa memuncak
Sedang airmata menitis mengiringi sebuah pemergian
Acapkali juga buat merungkai derita
Namun jangan lupa ...
tangis juga petanda gembira
tangis juga petanda gembira
Tika terbonceng bahagia di pundak jiwa
Kiranya ada perkara yang amat sukar untuk dirongkai
Apatah lagi dilerai
Umpama sembilu terbenam hingga tiada terlihat
Cuma pedihnya adakalanya bagai tidak tertahan
Meronta rasa minta belas agar dilepas bebas
Kiranya juga sudah tersusun adat dan adab
Umpama benteng pemisah benar dan salah
Cuma khilafnya insan serakah dalam tindak
Menyusuri laluan titian prasangka meracuni jejak
Antara rela dan pasrah
Sungguh bagai satu dalam gerak?
Sungguh bagai satu dalam gerak?
Pasti masih ada garis pemisah
Walau sehalus benang atau senipis kajang
Namun natijahnya tetap membungakan tulus
Memugar ikhlas dari lapis paling dasar
Lalu terjulang ke puncak paling tinggi
Yang memahatkan mulia dalam setiap kehidupan
Maka terukir sejarah paling manis ...
Dalam sebuah sketsa
Atau mungkin juga sepi
Dalam riuhnya alam
Dalam sebuah sketsa
Atau mungkin juga sepi
Dalam riuhnya alam
-peace-
>__<
Mohonkan ikhlas dalam segalanya
No comments:
Post a Comment